Selasa, 10 Desember 2013
Ketakutan Israel AS atas Status Keanggotaan Palestin di PBB
Khamis, 29 November 2012
Warga Palestina yang mendukung keanggotaan di PBB (Foto: Reuters)
GAZA - Amerika Syarikat menolak tegas keinginan Palestin untuk meningkatkan status keanggotaan mereka di Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB). Ada beberapa kekhawatiran AS dan Israel bila status keanggotaan Palestin naik di PBB.
Amerika menjadi penentang keras dari usaha Palestin menjadi negara pemantau non-anggota (non-member observer state). Salah satu kekhawatiran besar dari AS adalah, Palestin akan menggunakan status mereka untuk bergabung dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang berada di bawah naungan PBB.
Prospek ini menjadi ketakutan besar bagi Israel bila Palestin menjadi anggota ICC. Mereka khawatir Palestin akan mendesak penyiasatan praktik pencerobohan wilayah Palestin yang dilakukan Israel, sejak pembentukan Negara Yahudi itu pada 1948 silam.
Ketakutan lainnya adalah, Palestin akan mengajukan Israel sebagai penjahat perang atas serangan yang dilakukan Israel ke wilayah Gaza. Untuk masalah ICC, bila keanggotan Palestin meningkat, diduga diplomat-diplomat barat akan berupaya keras untuk memujuk Palestin tidak mengajukan diri sebagai anggota ICC.
Salah satu kekhawatiran lain adalah usaha Palestin untuk menjadi anggota badan PBB tertentu. Bila hal tersebut dilakukan, bukan tidak mungkin dapat menyebabkan menimbulkan konsekuensi bagi pendanaan dari lembaga tersebut.
Hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya, saat Kongres AS memotong pendanaan untuk lembaga budaya dan pendidikan PBB (UNESCO) pada 2011 silam. Saat itu, UNESCO menerima Palestin sebagai anggota mereka.
"Kami selalu ada bantuan dana untuk otoriti Palestini. Wang yang mereka perlukan untuk mendukung berjalannya pemerintahan. Jadi jelas, bila mereka mengambil langkah ini (bergabung dengan lembaga PBB), tentunya kongres akan melihat apa yang akan dihadapkan oleh Palestin ," ujar jurucakap Kementerian Luar Negeri Indonesia Victoria Nuland, The New York Times, Khamis (29/11/2012).
Sementara untuk Israel, mereka sadar bahwa reaksi keras atas upaya Palestina dapat mengisolasi negara mereka dalam pergaulan internasional. Israel pun pada akhirnya merendahkan ancaman keras yang sebelumnya mereka lontarkan, bila keanggotaan Palestina dikabulkan.
"Tidak respons otomatis dari Israel. Kami akan lihat sampai mana Palestina akan membawa hal ini. Bila mereka menggunakannya untuk mengkonfrontir Israel, maka ada respons. Tetapi jika tidak ada, maka tidak akan ada (respons)," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor.
(faj)
Amerika menjadi penentang keras dari usaha Palestin menjadi negara pemantau non-anggota (non-member observer state). Salah satu kekhawatiran besar dari AS adalah, Palestin akan menggunakan status mereka untuk bergabung dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang berada di bawah naungan PBB.
Prospek ini menjadi ketakutan besar bagi Israel bila Palestin menjadi anggota ICC. Mereka khawatir Palestin akan mendesak penyiasatan praktik pencerobohan wilayah Palestin yang dilakukan Israel, sejak pembentukan Negara Yahudi itu pada 1948 silam.
Ketakutan lainnya adalah, Palestin akan mengajukan Israel sebagai penjahat perang atas serangan yang dilakukan Israel ke wilayah Gaza. Untuk masalah ICC, bila keanggotan Palestin meningkat, diduga diplomat-diplomat barat akan berupaya keras untuk memujuk Palestin tidak mengajukan diri sebagai anggota ICC.
Salah satu kekhawatiran lain adalah usaha Palestin untuk menjadi anggota badan PBB tertentu. Bila hal tersebut dilakukan, bukan tidak mungkin dapat menyebabkan menimbulkan konsekuensi bagi pendanaan dari lembaga tersebut.
Hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya, saat Kongres AS memotong pendanaan untuk lembaga budaya dan pendidikan PBB (UNESCO) pada 2011 silam. Saat itu, UNESCO menerima Palestin sebagai anggota mereka.
"Kami selalu ada bantuan dana untuk otoriti Palestini. Wang yang mereka perlukan untuk mendukung berjalannya pemerintahan. Jadi jelas, bila mereka mengambil langkah ini (bergabung dengan lembaga PBB), tentunya kongres akan melihat apa yang akan dihadapkan oleh Palestin ," ujar jurucakap Kementerian Luar Negeri Indonesia Victoria Nuland, The New York Times, Khamis (29/11/2012).
Sementara untuk Israel, mereka sadar bahwa reaksi keras atas upaya Palestina dapat mengisolasi negara mereka dalam pergaulan internasional. Israel pun pada akhirnya merendahkan ancaman keras yang sebelumnya mereka lontarkan, bila keanggotaan Palestina dikabulkan.
"Tidak respons otomatis dari Israel. Kami akan lihat sampai mana Palestina akan membawa hal ini. Bila mereka menggunakannya untuk mengkonfrontir Israel, maka ada respons. Tetapi jika tidak ada, maka tidak akan ada (respons)," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor.
(faj)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar